Tuesday, January 18, 2005

Rencana PBB untuk Kemiskinan

Rabu, 19 Januari 2005

PBB Mengajukan Rencana untuk Atasi Kemiskinan

New York, Senin - Sebuah tim internasional yang disponsori oleh PBB, Senin (17/1), mengusulkan sebuah rencana yang terinci dan ambisius. Rencana itu disebutkan bisa mengurangi kemiskinan global hingga setengah dan menyelamatkan jutaan nyawa anak- anak dan ratusan ribu ibu tiap tahunnya sebelum tahun 2015.

Dalam laporan yang disebut sebagai "Proyek Milenium" Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu dikatakan, kemiskinan dalam berbagai bentuknya- kelaparan, buta huruf, dan penyakit-dapat dikurangi secara drastis. Untuk mencapai tujuan itu, negara-negara industri harus menggandakan bantuan bagi negara-negara miskin, dari seperempat persen selama ini menjadi setengah persen dari pendapatan nasionalnya.

"Yang kita bicarakan adalah mengenai negara-negara kaya agar memberikan 50 sen dari tiap 100 dollar pendapatan untuk membantu rakyat termiskin di dunia mendapatkan tempat berpijak di tangga pembangunan," kata Prof Jeffrey D Sachs dari Columbia University, yang ditunjuk Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan tahun 2002 untuk mengepalai proyek itu.

Kemiskinan global, menurut laporan yang disponsori PBB itu, dapat dikurangi menjadi setengahnya sebelum tahun 2015 dan dihapus sebelum tahun 2025 apabila negara-negara terkaya di dunia-termasuk AS, Jepang, dan Jerman-lebih dari sekadar melipatduakan bantuan bagi negara-negara paling miskin.

Ini adalah urusan hidup mati bagi puluhan juta rakyat miskin dunia, demikian tertulis dalam laporan yang disiapkan oleh 265 ahli pembangunan terkemuka dunia itu.

"Apa yang kami usulkan adalah sebuah strategi penanaman modal untuk membantu memberdayakan kehidupan orang- orang yang paling miskin, yang tidak memiliki alat, dan kadang-kadang bahkan tak punya cukup untuk bertahan hidup, jangankan menjadi anggota ekonomi dunia yang produktif," kata Sachs yang memimpin upaya antikemiskinan PBB, seperti dikutip The New York Times terbitan Selasa (18/1).

Penanaman modal itu berkisar dari sekolah, klinik, air minum dan sanitasi sampai pupuk, jalan, listrik, dan transportasi untuk membawa barang-barang itu ke pasar.

Laporan itu menyebutkan angka harapan hidup di negara-negara termiskin adalah setengah dari angka harapan hidup di negara-negara berpendapatan tinggi, yaitu sekitar 40 tahun. Dan, setiap bulan, misalnya, 150.000 anak-anak Afrika meninggal karena malaria karena mereka tak punya kelambu untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk, sebuah tragedi yang disebut Sachs sebagai "tsunami bisu".

Bukan khayalan

Rencana yang ditulis oleh para ahli dunia itu menyebutkan, dana harus dipakai untuk proyek-proyek jangka panjang maupun proyek jangka pendek, seperti menyediakan kelambu dan membuat program makan siang gratis di sekolah. Hal ini akan memungkinkan negara-negara mencapai tujuan global untuk memerangi kemiskinan, kelaparan, dan penyakit yang dijanjikan semua negara pada pertemuan puncak PBB tahun 2000.

Kofi Annan, yang menerima laporan itu dari Dr Sachs, mengatakan, sasaran dari proyek itu bukanlah khayalan, tetapi bisa diwujudkan.

"Sasaran Pembangunan Milenium" yang disepakati semua negara tahun 2000 itu antara lain mengurangi kemiskinan dan kelaparan menjadi setengahnya, menghentikan penyebaran AIDS dan malaria, serta menyediakan pendidikan dasar sebelum tahun 2015.

Sedangkan laporan yang baru adalah menjabarkan rencana-rencana untuk mencapai sasaran-sasaran itu dengan menetapkan batas waktu bagi proyek-proyek spesifik yang kerap kali sederhana, yang menurut para ahli telah terbukti berjalan.
Hal itu antara lain dengan menyediakan pupuk bagi petani, membetulkan jalan, menghapus uang sekolah, serta membuka pasar bagi barang-barang dari negara-negara miskin.

Laporan itu akan disampaikan pada pertemuan negara- negara G8 bulan Juli dan pada pertemuan para pemimpin dunia bulan September di Sidang Umum PBB, yang diharapkan menjadi ajang penetapan agenda pembangunan global.

AS ketinggalan

Tahun 1970, negara-negara dunia bersepakat untuk menyediakan 0,7 persen dari produk nasional bruto (GNP) mereka untuk bantuan pembangunan. Angka itu ditegaskan kembali dalam konferensi PBB mengenai pendanaan pembangunan di Monterey, Meksiko, tahun 2002.

Sejauh ini, hanya lima negara yang telah mencapai atau melewati target itu, yaitu Denmark, Luksemburg, Belanda, Norwegia, dan Swedia. Lima negara lainnya, yaitu Belgia, Finlandia, Perancis, Irlandia, Spanyol, dan Inggris, telah menyatakan akan mencapai target itu sebelum tahun 2015.

Namun, 11 dari 22 negara donor terkaya, menurut Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan yang bermarkas di Paris, jauh dari target dan belum menetapkan batas waktu untuk mencapai itu, termasuk AS, Jepang, dan Jerman.

Bantuan pemerintah dari negara-negara kaya seharusnya mencapai 135 miliar dollar AS tahun 2003. Pada tahun 2005 seharusnya meningkat menjadi 195 miliar dollar AS atau sekitar 0,54 persen dari GNP negara-negara itu, sekitar dua kali dari tingkat yang sekarang untuk mencapai sasaran-sasaran Milenium.

Namun, AS dengan perekonomiannya yang sebesar 12 triliun dollar AS ternyata harus betul-betul meningkatkan kontribusinya. Walau AS merupakan donor terbesar di dunia, di antara 22 negara industri, AS memberikan kontribusi paling kecil dari proporsi GNP-nya pada bantuan pembangunan.

Washington memberikan sekitar 0,16 persen atau 25 miliar dollar AS. Untuk mencapai target 0,7 persen dari GNP-nya, AS harus memberikan 80 miliar dollar AS.

Sachs mengatakan, jajak-jajak pendapat memperlihatkan warga AS mengira 25 persen dari anggaran federal AS dan 5 persen dari GNP telah disumbangkan bagi bantuan asing.

Jepang, raksasa ekonomi nomor dua dunia, juga rendah kontribusinya dengan 0,20 persen, seperti juga Italia dengan 0,17 persen dan Jerman dengan 0,27 persen.

Menurut laporan itu, apabila semua 22 negara kaya dunia memberikan uang yang mereka janjikan, lebih dari 500 juta orang dapat lepas dari kemiskinan dan puluhan juta lainnya dapat terhindar dari kematian pada dekade mendatang.

Jika negara-negara itu menepati janji mereka memberikan bantuan sebesar 0,7 persen untuk satu dekade lagi, kata laporan itu, sebelum tahun 2025 kemiskinan parah dapat dihapuskan untuk 500 juta orang.

"Generasi kita untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia benar-benar dapat mengusahakan bahwa kemiskinan parah di planet ini berakhir, tidak hanya dikurangi setengahnya, tetapi dihapus sebelum tahun 2025," kata Sachs.

Laporan itu akan merekomendasikan agar beberapa negara miskin yang berpemerintahan baik-seperti Mali, Burkina Faso, Etiopia, Ghana, dan Yaman-diberi bantuan cepat dan negara-negara yang bercatatan HAM buruk-seperti Belarus, Myanmar, Korea Utara, dan Zimbabwe-agar tak mendapat bantuan skala besar.

Negara-negara menengah dengan kantong-kantong kemiskinan parah, seperti China, Brasil, Malaysia, Meksiko, dan Afrika Selatan, harus menghapus kantong-kantong kemiskinan itu.(AP/REUTERS/DI)

sumber:

No comments: