Thursday, January 27, 2005

Transmigran vulkanisir

Kamis, 27 Januari 2005

Kisah Transmigran Pencari Ban Bekas...

TIDAK seperti nasib transmigran lainnya yang kebanyakan terpuruk di negeri orang, kisah Yadimin (58) menjadi transmigran mandiri yang datang ke Banjarmasin berakhir dengan gembira. Rintisan transmigran asal Klaten, Jawa Tengah, itu kini membuahkan sukses setelah melewati perjuangan berat.

Yadimin yang hanya pernah sampai kelas dua sekolah dasar datang ke Kalimantan Selatan tahun 1989-an hanya berbekal nekat dan uang Rp 5.000.

"Di Kalsel, Bapak saya pertama kali bekerja sebagai buruh tani, kemudian beralih pekerjaan sebagai buruh vulkanisasi ban," kata Suharno (30), anak ketiga Yadimin.

"Waktu itu gaji Bapak hanya Rp 15.000 per bulan. Tetapi, karena ada keinginan belajar, Bapak terus bertahan, sementara pekerja lainnya berguguran," katanya.

Satu-satu karyawan berguguran hingga usaha vulkanisasi tersebut gulung tikar. Yadimin memulai bisnis vulkanisasi ban tahun 1991 dengan menjadi pencari ban bekas ke sana kemari. Dengan modal tabungan sebesar Rp 3 juta dan didukung lima anak-anaknya, Yadimin memulai usaha vulkanisasi ban bekas.

"Waktu itu produksinya hanya 12 ban sampai 15 ban sehari, kami menjualnya sendiri," kata Suharno.

Usaha vulkanisasi itu mulai berkembang. Namun, tahun 1999 Yadimin mulai kebingungan karena dia membutuhkan modal lebih besar.

"Akhirnya kami pinjam modal ke BRI Banjarmasin, waktu itu nilainya Rp 100 juta," kata Yadimin. Modal itu digunakan untuk membeli bahan baku vulkanisasi (compound) dari Pulau Jawa dengan harga Rp 16.000 sampai Rp 20.000 per kilogram.

Karena harga itu terbilang mahal, timbul ide bagaimana membuat compound sendiri. "Tahun 2001 kami memproduksi compound sendiri menggunakan pinjaman dari BRI," kata Yadimin. Sekarang ini usaha keluarga tersebut bahkan juga mampu memasok kebutuhan compound untuk industri sejenis di Kalsel, Kalteng, Kaltim, dan sebagian Yogyakarta.

Kini perusahaan "Lima Saudara" bisa memproduksi 25 ton compound setiap bulan, dan dari sektor usaha vulkanisasi memproduksi 125 ban setiap hari. "Semua produksi itu habis terjual," kata Suharno.

Jika dulu hanya dipercaya mengelola kredit Rp 100 juta, tahun ini BRI berani mengucurkan kredit hingga Rp 1,1 miliar secara berkala kepada "Lima Saudara".

Usaha itu kini menguasai pasar compound dan pasar ban bekas. Namun, tidak banyak yang tahu jika bisnis itu sebenarnya dikendalikan "transmigran pencari ban bekas" yang tak sempat menamatkan bangku sekolah dasar. (AMR)

sumber:
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0501/27/ekora/1447733.htm

No comments: